AKURATNEWS.ID | JAKARTA — Salah satu fokus pengembangan teknologi saat ini adalah bisa menghadirkan energi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Sebab, sejumlah sumber energi mengalami peningkatan harga sekaligus memiliki kontribusi yang besar dalam pencemaran lingkungan.
Hal itu pun direspons oleh perusahaan teknologi global bernama ABB yang telah menghadirkan inisiatif The Energy Efficiency Movement. President, Motion Business Area ABB, Tarak Mehta mengatakan, saat ini telah tersedia solusi efisiensi energi yang dapat membantu industri memitigasi perubahan iklim dan menurunkan biaya, tanpa mengorbankan kinerja dan produktivitas.
“Dengan demikian, tanpa perlu mematikan lampu dan menghentikan produksi untuk menghemat biaya, industri bisa melakukan beragam langkah-langkah praktis yang dapat diambil oleh eksekutif perusahaan untuk mengurangi penggunaan energi dan biaya dengan tetap mempertahankan operasi saat ini," kata Tarak Mehta dalam keterangan pers kepada Republika.co.id pada Kamis (1/12/2022).
Langkah-langkah itu sendiri telah dirangkum dalam The Energy Efficiency Movement lewat laporan Industrial Energy Efficiency Playbook. Laporan ini mencakup 10 aksi nyata yang dapat dilakukan sektor bisnis dalam meningkatkan efisiensi energi, mengurangi beban biaya, dan menurunkan emisi saat ini.
Lewat studi yang mendalam, laporan tersebut merekomendasikan beberapa solusi strategis. Misalnya melakukan audit energi hingga penentuan ukuran mesin industri yang tepat yang sering kali terlalu besar untuk melakukan proses produksi sehari-hari sehingga menyebabkan pemborosan energi.
Selain itu, laporan tersebut juga menyarankan agar industri memindahkan data dari on-site server ke cloud untuk membantu menghemat sekitar 90 persen energi yang digunakan sistem teknologi informasi perusahaan.
Selanjutnya, industri juga disarankan untuk mempercepat transisi armada di sektor industri dari yang berbahan bakar fosil ke armada berbahan bakar listrik, mengganti boiler gas ke pompa panas, atau menggunakan penukar panas yang terpelihara dengan baik untuk mengotimalkan efisiensi.
Selain itu, industri juga disarankan untuk melakukan pemasangan sensor dan pemantauan energi digital secara real-time untuk mengungkapkan ghost assets. Selain itu, industri juga bisa menggunakan solusi smart building untuk mengontrol sistem tenaga, penerangan, tirai dan pemanas, ventilasi, dan pendingin udara untuk menghemat energi di fasilitas industri.
Laporan yang disusun oleh forum global yang terdiri dari kurang lebih 200 organisasi ini juga merekomendasikan untuk memasang variable speed drive untuk meningkatkan efisiensi energi pada sistem penggerak motor hingga 30 persen. Jika lebih dari 300 juta sistem kelistrikan industri berbasis motor yang saat ini beroperasi dapat diganti dengan penggerak motor yang lebih optimal dan memiliki efesiensi tinggi, hal ini akan mengurangi konsumsi listrik global hingga 10 persen.
Perpaduan beragam langkah itu pun diyakini bisa menekan konsumesi energi dan menekan emisi secara signifikan. Hal ini jadi hal yang sangat urgen mengingat International Energy Agency (IEA) telah menyimpulkan bahwa sektor industri merupakan konsumen listrik, gas alam, dan batu bara terbesar di dunia yang bertanggungjawab terhadap 42 persen total permintaan listrik global.
IEA mencatat, Industri besi, baja, kimia, dan petrokimia merupakan pengguna energi tertinggi di antara lima negara konsumen energi terbesar di dunia yaitu China, Amerika Serikat, India, Rusia, dan Jepang. Konsumsi energi tersebut pun menyebabkan peningkatan beban biaya di tengah kontraksi inflasi dunia saat ini.
Tidak hanya itu, hal ini juga mengakibatkan produksi sembilan gigaton CO2 atau setara dengan 45 persen total emisi langsung yang dihasilkan sektor pengguna akhir pada tahun 2021.