Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Sitti Rohmi Djalilah memberikan sambutannya sesaat meresmikan Sentra Pengelolaan Sampah Waste Preneur Garapan Peserta Magang Bakrie dan Ddorocare. |
AKURATNEWS.ID, LOMBOK TENGAH – Perubahan iklim terus menjadi persoalan yang tak kunjung selesai. Yang mana, proses tersebut merupakan perubahan suhu serta pola iklim yang terjadi dalam jangka waktu panjang.
Berubahnya pola iklim secara ekstrem mempengaruhi keseimbangan alam. Hal ini kerap menimbulkan bencana karena tidak seimbangnya ekosistem. Salah satu penyebab perubahan iklim yaitu pengelolaan sampah yang tidak bijak, sehingga mempengaruhi tatanan ekosistem.
Memperbaiki tata kelola sampah khususnya di Lombok Tengah menjadi salah satu fokus kegiatan Yayasan Aksi Indonesia Lestari (Ddorocare).
Permasalahan sampah di Pulau Lombok yang kaya akan destinasi wisatanya, diprediksi akan terus meningkat. Hal ini karena adanya peningkatan penggunaan produk plastik dalam setiap rumah tangga. Untuk itu Ddorocare beserta lembaga non profit lingkungan di Kabupaten Lombok Tengah, menginisiasi Waste Preneur untuk menciptakan usaha pengelolaan sampah dengan nilai ekonomi melalui daur ulang.
Waste Preneur diharapkan menjadi sebuah solusi bagi permasalahan sampah di Lombok. Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Sitti Rohmi Djalilah turut membuka rangkaian kegiatan Waste Preneur yang diselenggarakan di Desa Esot, Desa Sintung, Pringgarata, Lombok Tengah pada Selasa, 13 Desember 2022.
Ini merupakan proyek bersama antara Ddorocare sebagai lembaga kolaborasi program magang Campus Leaders 5 bersama dengan Bakrie Center Foundation (BCF).
“Tanggung jawab kita adalah menjaga agar emisi gas kaca dapat terminimalisir. NTB saat ini adalah salah satu daerah yang berani berkomitmen 2050 NTB Zero Emission. Sekecil apapun aksi, dia akan memberikan dampak,” ujarnya.
Sebelumnya, Ddorocare telah melangsungkan kegiatan bersih-bersih pantai (Berantai) di sejumlah pantai di Lombok Tengah. Ini merupakan salah satu cara untuk mengedukasi dan menebarkan kesadaran kepada masyarakat Lombok agar semakin peduli terhadap persoalan sampah yang memengaruhi keindahan destinasi wisata di Lombok.
Nusa Tenggara Barat (NTB) Sitti Rohmi Djalilah, saat meresmikan Sentra Pengelolaan Sampah Waste Preneur. |
“Sebelumnya Beach Clean Up pada kegiatan Berantai 2022 kemarin, telah mengumpulkan 480 kilo gram sampah yang rata-rata merupakan sampah sekali pakai dan telah dilakukan pendataan pada aplikasi android brand audit sampah. Brand audit sampah ini ditujukan untuk membuat policy brief untuk perusahaan agar lebih bijak dalam melakukan produksi terhadap kemasan plastik,” jelas Direktur Ddorocare, Muhammad Wahyu Rosadi.
Melalui aplikasi yang dibentuk mahasiswa magang ini, telah berhasil mendata sedikitnya 428 perusahaan dan lebih dari 4000 brand terbukti mencemari lingkungan di Nusa Tenggara Barat, khususnya pulau Lombok.
Sebagai inisiator program magang Campus Leaders 5, BCF sangat mendukung kegiatan yang dilakukan oleh para mitra dalam upaya untuk mengurangi polusi yang disebabkan oleh sampah. Ini merupakan upaya kolaborasi untuk mencapai Sustainable Development Goals tahun 2030 dalam hal menciptakan lingkungan hijau yang berkelanjutan.
“Kami berpikir untuk mengintegrasikan desa wisata sebagai sebuah kampung iklim, yang menawarkan pengelolaan sampah sebagai daya tarik baru. Sekaligus dapat mengedukasi masyarakat terkait pentingnya kelola sampah,” jelas Lalu Abdul Azus, peserta magang Campus Leaders Program 5.
Diharapkan melalui adanya Waste Preneur ini dapat tercipta capaian yang solutif dan inovatif dalam melakukan pengelolaan sampah di destinasi wisata Lombok, untuk membantu mengatasi dampak perubahan iklim.