Ibukota Amman Yordania. (foto Pixabay) |
AKURATNEWS.ID, AMMAN
- Seorang perwira polisi berpangkat tinggi tewas saat tengah terjadi
demonstrasi menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), di Yordania. Perwira
Polisi yang tewas akibat tembakan di kepala pada Kamis 15 Desember 2022 dan
telah dimakamkan pada Jumat 16 Desember 2022, di kampung halamannya Jasrah, 40
km dari ibu kota Amman.
Kolonel Abdul Razzaq Al-Dalabeeh, menduduki jabatan wakil
kepala polisi Maan, ditembak saat petugas menanggapi perusuh di Al-Husseiniya.
Dua lainnya terluka dalam bentrokan di Maan.
Raja Abdullah berjanji untuk membawa para pelaku ke
pengadilan, yang mana dinyatakan pengadilan kerajaan menambahkan, raja
menegaskan kembali bahwa kekerasan terhadap negara, perusakan properti publik,
dan pelanggaran hak-hak warga Yordania akan ditangani dengan tegas.
Dia menekankan bahwa, serangan dan tindakan vandalisme
adalah ancaman berbahaya bagi keamanan nasional.
“Kami tidak akan mentolerir kekerasan terhadap personel
keamanan kami, yang bekerja siang dan malam untuk melindungi Yordania dan warga
Yordania,” ujarnya, dilansir dari Arabnews.
Raja mengakui, kondisi ekonomi warga Yordania serdang sulit
dan hak mereka untuk mengekspresikan diri secara damai di dalam hukum. Namun
demikian, bahwa lembaga negara akan mengambil semua langkah untuk meminta pertanggungjawaban
pelaku kejahatan.
Departemen Keamanan Umum mengatakan badan-badan keamanan
akan mempertahankan pendekatan ketat dalam menanggapi kerusuhan dan kekerasan dengan
tidak menghilangkan dan menghormati hak warga Yordania untuk melakukan
demonstrasi damai.
Pemerintah mengatakan, tidak akan bertoleransi terhadap
tindakan kekerasan dan segala upaya untuk merusak keamanan dan stabilitas
negara.
Menteri Negara Penerangan Yordania Faisal Shboul, mengatakan
keadilan akan ditegakkan dan mereka yang terlibat dalam pembunuhan Al-Dalabeeh
akan diadili.
Suku Bani Hassan, yang terbesar di Yordania dan di mana
Al-Dalabeeh berasal, meminta pihak berwenang untuk mengidentifikasi pembunuhnya
sambil menekankan pemerintah tidak diterima di rumah belasungkawa.
Dua belas anggota parlemen dari suku tersebut mengatakan
mereka akan mengundurkan diri, mengajukan mosi tidak percaya terhadap
pemerintah atau memboikot majelis rendah jika pihak berwenang gagal membawa
pelaku ke pengadilan.
Pada konferensi pers pada hari Jumat, Menteri Dalam Negeri
Mazen Farayeh mengatakan, beberapa aksi di Maan dan daerah lain telah berubah
menjadi kekerasan, dengan pengunjuk rasa memblokir jalan dan menyerang
institusi pemerintah.
Dia juga menjanjikan upaya intensif untuk mengidentifikasi
pembunuh Al-Dalabeeh.
Farayeh mengatakan pemerintah melindungi kebebasan
berpendapat dan demonstrasi damai. “Tetapi akan menggunakan kekuatan yang tepat
terhadap perusuh dan pengacau,” tegasnya.
Dia juga mengatakan lebih banyak pasukan keamanan akan
dikerahkan di Maan dan daerah lain untuk mencegah kerusuhan.
Aksi Duduk
Yordania, khususnya wilayah selatan telah mengalami aksi
pemogokan selama hampir dua minggu.
Pengemudi truk di Maan memulai protes terhadap kenaikan
harga diesel dengan mengorganisir aksi duduk di jalan raya gurun yang menghubungkan
Amman dan kota pelabuhan Aqaba, sebelum masa dari daerah lain, termasuk di
Amman dan Mafraq di perbatasan dengan Irak, juga bergabung.
Pengemudi bus dan taksi di seluruh Yordania juga melakukan
aksi duduk, menuntut pemerintah menurunkan harga bahan bakar.
Dalam sebuah langkah yang digambarkan sebagai pembangkangan
sipil, para pedagang dari kota selatan Maan, Tafileh dan Karak menutup toko
mereka sebagai bentuk solidaritas dengan para pengemudi.
Beberapa daerah mengalami kerusuhan, blokade jalan, dan
pembakaran ban yang mendorong intervensi aparat keamanan.
Selama sesi baru-baru ini, anggota parlemen meminta
pemerintah untuk menurunkan harga bahan bakar dan bahan pokok dan melakukan
intervensi untuk mengekang inflasi.
Beberapa anggota parlemen mengancam akan meluncurkan mosi
tidak percaya terhadap pemerintah.
Perdana Menteri Bishr Khasawneh mengatakan saat ini
pemerintah tidak memiliki anggaran yang cukup untuk memberikan subsidi bahan
bakar.
“Pemerintah tidak memiliki anggaran berlebih untuk
mensubsidi turunan bahan bakar.” Katanya.
Dia menambahkan, menurunkan harga bahan bakar berarti menambah
biaya anggaran sebesar 550 juta dinar Yordania ($77 juta). “Pemerintah tidak
memiliki uang ini,” kata Khasawneh.
Beberapa deputi mengutip pernyataan yang diungkapkan
Khasawneh merupakan pernyataan yang buruk. Hal ini dilakukan hanya sebagai
alasan di balik meningkatnya ketegangan di jalanan.
Harga bahan bakar di Yordania telah mengalami kenaikan
berturut-turut selama beberapa bulan terakhir, terutama solar dan minyak tanah.
Mengakui kondisi ekonomi Yordania yang sulit, menteri dalam negeri mengatakan
harga bahan bakar akan diturunkan pada akhir bulan ini atau bulan depan.
Pemerintah juga telah mengusulkan langkah-langkah bantuan
termasuk bantuan keuangan sekitar 3,5 juta dinar untuk ribuan keluarga miskin.