Pengungsi Rohingya di perahu kayu di perairan Bireuen, provinsi Aceh, 27 Desember 2021 / Istimewa. |
AKURATNEWS.ID, JAKARTA – Pengungsi dari Rohingnya mendarat di Indonesia, tepatnya di wilayah Pidie provinsi Aceh utara pada hari Senin, lalu. Pengungsi Rohingnya yang mencapai 200 orang itu langsung mendapatkan bantuan kesehatan darurat. Menurut pihak PBB, pengungsi ini dapat mendarat di Aceh setelah diselamatkan oleh nelayan ketika seruan kepada negara-negara kawasan untuk membantu mereka diabaikan selama berminggu-minggu.
Setidaknya ada sekitar 174 Rohingnya menggunakan perahu kayu
reyot terapung di laut, hingga akhirnya dapat mencapai pesisir Muara Tiga di
kabupaten Pidie, hal ini disampaikan oleh Organisasi Internasional untuk
Migrasi.
Dari data yang diumumkan ada sekitar 36 pria, 31 wanita, dan
107 anak-anak tiba sekitar sehari setelah 57 pengungsi Rohingya dalam kelompok
tersebut.
“Kelompok itu dalam kondisi kesehatan yang sangat buruk,
banyak yang menderita dehidrasi parah dan kekurangan gizi,” kata Organisasi
Internasional untuk Migrasi dilansir dari Arab News.
“Tim medis IOM saat ini sedang melakukan penilaian kesehatan
dasar,” lanjut Organisasi menginformasikan.
Eros Shidqy Putra, anggota Satuan Tugas Pengungsi Nasional
Indonesia, mengatakan bahwa para pengungsi akan ditempatkan di bawah perawatan
pemerintah daerah untuk sementara waktu.
“Setelah itu, mereka akan kami pindahkan ke provinsi yang
sudah menampung pengungsi. Aceh bukan provinsi yang menampung pengungsi.” Katanya.
Setidaknya lima kapal yang membawa ratusan pengungsi telah
meninggalkan pantai Cox's Bazar, pemukiman Rohingya terbesar di Bangladesh,
pada akhir November, dalam upaya untuk menyeberangi Laut Andaman ke negara lainnya.
Satu kapal yang membawa 154 pengungsi diselamatkan oleh
perusahaan lepas pantai Vietnam dan diserahkan kepada Angkatan Laut Myanmar,
sementara kapal yang membawa 104 orang diselamatkan oleh Angkatan Laut Sri
Lanka pada 18 Desember.
Badan Pengungsi PBB sebelumnya mengatakan telah menerima
laporan yang belum dikonfirmasi bahwa sebuah kapal yang membawa 180 orang telah
tenggelam.
Organisasi dan aktivis internasional telah mendesak
negara-negara di kawasan itu selama berminggu-minggu untuk menyelamatkan para
pengungsi yang terdampar di laut, tetapi meskipun banyak permintaan bantuan,
tidak ada bantuan resmi dilakukan.
Pengungsi Rohingnya yang selamat, Mohammed Rezuwan Khan,
saudara laki-laki Hatamonesa, seorang wanita berusia 27 tahun yang bersama
putrinya berusia lima tahun, yang berada di dalam kapal bersama, akhirnya dapat
berbicara dengan saudara perempuannya pada hari Selasa setelah lebih dari
sebulan tanpa komunikasi. .
“Kami merasa seperti mendapat dunia baru hari ini,” kata
Khan. “Kami bisa melihat wajah mereka lagi. Ini benar-benar momen kegembiraan
bagi kita semua.”
Khan mengetahui bahwa keponakannya telah menerima perawatan kesehatan
dehidrasi karena dia minum air garam selama perjalanan. Yang mana, mereka tidak
makan selama 13 hari.
Menurut Hatamonesa, 20 orang tewas di atas kapal dan dibuang
ke laut.
“Dia mengira dia akan mati dalam pelayaran di laut,” kata
Khan.
“Dia berharap jika dia bisa pergi ke Malaysia, akan ada masa
depan yang lebih baik untuk putrinya dan dia.”
Lebih dari 730.000 Rohingya melarikan diri ke negara
tetangga Bangladesh pada tahun 2017 menyusul tindakan brutal oleh militer
Myanmar yang menurut PBB merupakan genosida.
Selama lima tahun terakhir, para pengungsi tinggal di
kamp-kamp kumuh dan penuh sesak di Cox's Bazar menghadapi ketidakpastian yang
semakin meningkat. Situasi tersebut telah mendorong beberapa orang untuk
melakukan perjalanan berisiko melalui laut dengan harapan menemukan kehidupan
yang lebih baik.