Ilustrasi akan adanya kekurangan dokter di Korea/Pixabay.
AKURATNEWS.ID, KOREA
– Keberadaan dokter menjadi hal penting dalam sebuah Negara, dalam mengatasi
kesehatan masyarakatnya. Namun demikian, kepentingan itu terkadang tidak
didukung dengan adanya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menciptakan
dokter-dokter handal yang dibutuhkan, khususnya dalam bidang spesialis.
Sebagai Negara yang terus bertumbuh, Korea dihadapkan dengan
langkanya keberadaan dokter, khususnya dokter-dokter spesialis. Sebuah
penelitian mengungkap, Korea akan menghadapi kekurangan dokter spesialisnya di
beberapa bidang, jika pertumbuhan dokter masih tetap sama seperti saat ini.
Badan Studi Korea Institute for Health and Social Affairs
(KIHASA), menginformasikan dari penelitiannya sekitar 14.334 dokter dibutuhkan hingga tahun 2030,
yang akan meningkat menjadi 27.232 pada tahun 2035, demikian dilansir dari The
Korean Times, (26/12).
Dalam penelitian itu juga disebutkan pada tahun 2035, Korea
akan kekurangan pasokan dokter spesialis anak dan ahli saraf. Selain itu, kekurangan
ahli bedah, seperti ahli ortopedi dan dokter kandungan, juga akan terjadi, diikuti
oleh ahli anestesi dan ahli patologi (7.450) dan dokter umum (1.032).
Dari data yang dikumpulkan KIHASA, menurut angka kelahiran
yang rendah, penuaan dan perubahan struktur penyakit, dari tahun 2025 hingga
2030, akan terjadi kekurangan dokter praktik, meskipun ada peningkatan
perawatan nantinya.
"Kecuali untuk departemen kedokteran pencegahan setiap
departemen, dari 2025 hingga 2030 akan mengalami kekurangan dokter praktik
meskipun permintaan perawatan kesehatan meningkat di masa depan," kata
penelitian tersebut.
Untuk memenuhi keseimbangan tersebut, KIHASA menjelaskan
beban kerja satu dokter akan ditambah 14,7 persen untuk memenuhi permintaan
jika pasokan dokter tetap atau tak berubah keberadaannya.
Sebelumnya, KIHASA mengindikasikan bahwa sekolah kedokteran
harus merekrut 1.500 mahasiswa kedokteran tambahan per tahun dari tahun 2027
hingga 2050, dalam penelitiannya yang dirilis pada tahun 2020.
Kuota pendaftaran siswa sekolah kedokteran Korea telah
ditetapkan pada 3.058 sejak tahun 2006 untuk mengontrol "kualitas"
layanan medis. Hanya maksimal 3.058 lulusan dari 40 sekolah kedokteran di
seluruh Korea yang baru dapat memasuki bidang medis setiap tahun.
Pemerintah mencoba meningkatkan jumlahnya menjadi 4.000 pada
tahun 2020 tetapi ada reaksi dari kalangan medis, yang diikuti dengan pemogokan
massal. Saat itu, kedua badan sepakat untuk melanjutkan diskusi setelah jumlah
kasus COVID-19 stabil.
Karena negara secara bertahap mencabut langkah-langkah
COVID-19, diskusi diperkirakan akan segera dilanjutkan.
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Cho Kyoo-hong mengatakan,
sudah waktunya untuk membahas masalah ini dengan kalangan medis, karena masih
ada suara yang meminta kuota yang lebih besar di sekolah kedokteran. Dia
menunjukkan penuaan, perbedaan regional, dan pandemi di masa depan sebagai
alasan permintaan tersebut.
“Mengingat tren stabilisasi COVID-19, (kementerian) akan
aktif bekerja sama dengan kalangan medis pada tahap awal,” katanya pada jumpa
pers baru-baru ini pada 19 Desember.