Masjid dan Patung Uqbah bin Nafi' (foto istimewa) |
AKURATNEWS.ID,
KHAZANAH – Maroko saat ini tengah menjadi perbincangan dunia. Melalui sepak
bola di laga World Cup Qatar 2022, Maroko berhasil masuk ke babak semi final,
yang akhirnya harus kandas di babak tersebut setelah dikalahkan oleh Prancis 0:2.
Menyebut Negara Maroko dengan bendera berwarna Merah bergambar bintang berwarna hijau di tengahnya, sebagian orang mungkin tidak tahu, mengapa
Maroko mayoritas masyarakatnya beragama muslim.
Maroko yang didirikan oleh Dinasti Idrisiyyah (789 M),
menjadi wilayah protektorat Prancis dan Spanyol sejak 30 Maret 1912.
Negara ini memproleh kemerdekaannya pada tanggal 7 April
1956, tapi memperingati hari kemerdekaan pada tanggal 18 November.
Menyebut Maroko dalam sejarahnya tentu tidak terlepas dari
sejarah sahabat nabi Uqbah ibn Nafi'. Seorang panglima perang yang berhasil
menaklukkan Afrika Utara pada paruh kedua di abad pertama Hijriyah. Wilayah
yang berhasil ia taklukkan meliputi Aljazair, Tunisia, Libya, dan Maroko hingga
ke pantai Atlantik, kecuali Mesir yang ditaklukkan Amr bin al-Ash.
Uqbah bin Nafi’ lahir di Makkah, satu tahun sebelum Nabi
Muhammad SAW hijrah. Ia dibesarkan dalam lingkungan Islam. Ia banyak mendapat
didikan mengenai ajaran Islam dari sang ayah, Nafi bin Qais al Fahri Quraisy.
Dari sang ayah pulalah bakat kemiliteran mengalir deras dalam darahnya.
Memiliki nama Uqbah bin Nafi bin Qais al-Fihri adalah panglima Islam yang pertama kali
mampu menaklukkan Maroko dan ia lahir satu tahun sebelum hijrahnya Rasulullah
saw. Dia dan ayahnya juga berpartisipasi dalam penaklukan Mesir di tangan
pemimpin besar Amr ibn Ash.
Kedekatannya dengan penakluk Mesir, Amr bin al-Ash, ia
dapatkan dari garis keturunan ibunya. Amr bin al-Ash adalah paman Uqba yang
juga mewariskan darah pejuang dalam dirinya. Uqba selalu mengikuti dan menemani
ayahnya selama masa kampanye Amr bin al-Ash di Mesir.
Setelah penaklukan Mesir, Amr bin al-Ash kemudian mengirim
Uqba untuk menaklukkan wilayah barat. Pada 50 H, Uqba memimpin pasukan Muslim
ke Afrika Utara dengan melintasi padang pasir Mesir. Dalam perjalanannya, ia
mendirikan sejumlah pos militer, salah satunya di wilayah yang kini dikenal
sebagai Tunisia.
Di Tunisia pula ia membangun sebuah kota bernama Kairouan
yang terletak di 160 kilometer arah selatan sebuah daerah yang kini dikenal
sebagai Tunis, ibu kota Tunisia. Uqba menggunakan Kairouan sebagai pos utama
untuk operasi-operasi selanjutnya.
Kedekatannya dengan penakluk Mesir, Amr bin al-Ash, ia
dapatkan dari garis keturunan ibunya. Amr bin al-Ash adalah paman Uqba yang
juga mewariskan darah pejuang dalam dirinya. Uqba selalu mengikuti dan menemani
ayahnya selama masa kampanye Amr bin al-Ash di Mesir.
Setelah penaklukan Mesir, Amr bin al-Ash kemudian mengirim
Uqba untuk menaklukkan wilayah barat. Pada 50 H, Uqba memimpin pasukan Muslim
ke Afrika Utara dengan melintasi padang pasir Mesir. Dalam perjalanannya, ia
mendirikan sejumlah pos militer, salah satunya di wilayah yang kini dikenal
sebagai Tunisia.
Di Tunisia pula ia membangun sebuah kota bernama Kairouan
yang terletak di 160 kilometer arah selatan sebuah daerah yang kini dikenal
sebagai Tunis, ibu kota Tunisia. Uqba menggunakan Kairouan sebagai pos utama
untuk operasi-operasi selanjutnya.
Pada 55 H, Uqba diberhentikan oleh Amir Muawiyah. Dengan
lapang dada, Uqba menerima pemberhentiannya dan menyerahkan komando pasukan
kepada Abu Mahajer Dinar. Namun, pada 62 H, Uqba lagi-lagi ditunjuk sebagai
komandan pasukan untuk wilayah Maghribi, yang kini meliputi sejumlah negara di
Afrika Utara, yakni Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya.
Sebarkan Agama Islam
di Daratan Afrika Utara
Atas keberhasilan Uqbah ibn Nafi’ dalam menyebarkan Agama
Islam di daratan Afrika Utara dengan cepat dan dalam waktu yang sangat singkat
memperluas wilayah tersebut sampai ke Maroko, ia dijuluki sang Alexander Muslim
I.
Dalam bukunya M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan
Peradaban Islam, Yogyakarta, yang dikutip dari Ameer Ali, bahwa Uqbah ibn Nafi’
pernah menyatakan, “Ya Allah, apabila Laut Atlantik tidak menghalangiku, aku
akan maju terus untuk membebaskan negeri-negeri dan mengobarkan asma-Mu dan
Agama-Mu”.
Hal ini jelas menjadi bukti bahwa Uqbah benar-benar sosok
penyebar panji Islam yang tidak pernah menyerah, kecuali hanya untuk Islam.
Keberhasilan Uqbah ibn Nafi’ di Afrika Utara nampak dalam
sosial-budaya,politik, dan keagamaan. Dalam bidang sosial-budaya, yang
dahulunya kehidupan masyarakat Afrika Utara adalah sebuah kehidupan masyarakat
pedesaan yang bersifat kesukuan, berpindah-pindah tempat, dan patriarkhi.
Ketika daerah ini berada di bawah kekuasaan kekaisaran
Romawi, pengaruhnya sangat besar bagi masyarakat Barbar. Umumnya mereka
dipengaruhi oleh para elit kota yang mengadopsi bahasa, gagasan, dan adat
istiadat para penguasa.
Setelah orang-orang Romawi dikalahkan oleh Uqbah ibn Nafi’,
pengaruhnya di Afrika Utara mulai berhenti. Sehingga penduduk Afrika Utara
terhindar dari kekejaman dan pemerasan, oleh karena itu, kehidupan mereka
akhirnya merasakan keamanan dan ketenteraman.
Uqbah ibn Nafi’ berhasil membawa kehidupan masyarakat Afrika
Utara kepada suatu kehidupan masyarakat yang tidak begitu terbebani oleh
pungutan pajak. Mereka membayar jizyah23 sebagai perlindungan atas keamanan
jiwa dan harta mereka. Dalam bidang politik, Uqbah ibn Nafi’ telah berhasil
membebaskan Afrika Utara dan membangun kota militer, Kairawan yang sekaligus
menjadi pusat Pemerintahannya.
Dalam bidang keagamaan, Uqbah ibn Nafi’ berhasil menyebarkan
Agama Islam pada wilayah ini,serta membangun masjid sebagai sarana peribadatan.
Mereka yang dahulu dipaksa untuk memeluk suatu kepercayaan, yaitu Kristen,
sejak wilayah tersebut dikuasai Uqbah ibn Nafi’, toleransi beragama mulai
diterapkan meski Dakwah Islam selalu digiatkan oleh Uqbah ibn Nafi’.