Ilustrasi kegiatan Posyandu, salah satu upaya mengetahui gizi buruk yang terjadi di masyarakat/istimewa
AKURATNEWS.ID, JAKARTA – Indonesia masih belum terlepas dari permasalahan gizi buruk masyarakatnya. Pengetahuan terkait kesehatan pasca pernikahan, disebut-sebut menjadi salah satu factor gizi buruk terjadi. Pengetahuan pasca pernikahan diruntunkan dengan adanya pernikahan dini.
Guna mencegah persoalan gizi buruk di wilayah DKI Jakarta, Wakil Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta Anggara Wicitra Sastroamidjojo mendorong Pemprov DKI Jakarta untuk mencegah pernikahan dini.
Meski sebagai ibukota Negara, bukan berarti DKI sebagai kota besar sudah terlepas dari permasalahan terkait giji buruk. Seperti halnya yang juga diungkapkan Anggara, sebagai Ibukota Negara seharusnya DKI sudah bisa selesai dengan permasalahan ini, dan seharusnya Pemprov DKI bisa melakukan intervensi secara komprehensif untuk menekan angka gizi buruk hingga nol kasus.
“Langkah pencegahan dilakukan pada anak dan remaja usia sekolah agar tidak melakukan pernikahan di bawah umur dan menghindari kehamilan di luar nikah,” kata pimpinan Komisi Bidang Kesra DPRD DKI di Jakarta, Rabu (11/1) dilansir dari antara.
Pencegahan pernikahan dini, hematnya bisa efektif mencegah gizi buruk, karena salah satu penyebab utama munculnya kasus gizi buruk adalah pola asuh orang tua yang tidak baik.
“Dan kebanyakan pola asuh yang tidak baik itu terjadi pada pasangan muda yang menikah di bawah umur karena mereka secara emosional dan finansial belum stabil,” ucapnya.
Anggara menyebutkan, bahwa intervensi untuk pencegahan gizi buruk dapat dilakukan mulai dari tingkat sekolah bahkan sekolah dasar, seperti dengan melakukan sosialisasi tentang pubertas dan edukasi seksual.
“Itu harus dilakukan sejak sekolah dasar untuk mencegah hubungan seks dini yang berujung ke pernikahan di bawah umur,” ucapnya.
“Selain itu edukasi juga para orang tua yang baru memiliki anak lewat puskesmas dan posyandu agar dapat mengasuh anaknya dengan baik,” tuturnya.
Sebelumnya dikabarkan bahwa 19 anak di bawah lima tahun (balita) yang tinggal di Kelurahan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mengalami gizi buruk dan penyakit penyerta lain.
Lurah Pejaten Barat Asep Ahmad Umar mengatakan, sejumlah balita yang menderita gizi buruk itu diketahui berdasarkan hasil identifikasi oleh petugas kelurahan dan puskesmas Pejaten Barat pada September 2022.
“Itu hasil identifikasi pada bulan September 2022. Total itu ada 19 balita yang menderita gizi buruk,” ujar Asep saat dihubungi.
Dari 19 balita yang mengalami gizi buruk itu, satu di antaranya meninggal dunia setelah mendapatkan penanganan medis di beberapa rumah sakit di Jakarta Selatan.
Asep menegaskan satu balita yang meninggal dunia itu diduga bukan karena menderita gizi buruk melainkan adanya penyakit penyerta.