Ilustrasi wacana kebijakan yang membatasi operasional truk pengangkut produk makanan dan minuman berdasarkan ukuran pada musim lebaran./Istimewa
AKURATNEWS.ID, JAKARTA – Hari Raya menjadi hari raya berbahagia bagi seluruh umat manusia, terlebih bagi kaum muslimin yang akan merayakan Hari Raya Idul Fitri dalam beberapa minggu ke depan. Namun bagaimana, saat merayakan Idul Fitri, justru air minum kemasan yang diketahui selama ini menemani hari raya, karena mudah, praktis dan higienis, justru akan sulit didapat?
Kekhawatiran akan terjadinya kelangkaan air minum kemasan
saat hari raya, tak terlepas dari wacana kebijakan Kementerian Perhubungan
(Kemenhub) yang membatasi operasional truk pengangkut produk makanan dan
minuman berdasarkan ukuran pada musim lebaran.
Kebijakan ini pun menimbulkan kritikan dari pakar gizi dari
Institut Pertanian Bogor (IPB). Kebijakan ini dikhawatirkan akan menyebabkan
terjadinya kelangkaan air minum di masyarakat sehingga bisa mengganggu
kesehatan.
Guru besar ilmu gizi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof.
Hardinsyah menjelaskan bahwa air minum itu sendiri adalah zat gizi bagi tubuh manusia.
Jadi, katanya, jika tubuh manusia itu kekurangan air karena kurang minum, itu
sama saja dengan kekurangan gizi.
“Kekurangan air itu bagian dari kekurangan gizi yang disebut
dengan dehidrasi. Darah kita bisa mengental sehingga akan terganggu untuk mengalirkan
zat-zat gizi ke seluruh tubuh kita. Karena, darah itu kan mengandung air hampir
90 persen lebih,” tukasnya, dalam keterangannya.
Perjalanan mudik yang tidak hanya membutuhkan kesehatan
mental, kesiapan dalam menjaga kebugaran tubuhpun harus dipahami. Saat mudik
lebaran, dia mengingatkan masyarakat untuk tetap memperhatikan kecukupan air
dalam tubuh. Pasalnya, kurang minum air yang cukup akan mengakibatkan
berkurangnya konsentrasi, baik saat bekerja maupun berkendara.
“Orang yang kekurangan air dalam tubuhnya bisa menyebabkan
berkurangnya konsentrasi baik untuk bekerja maupun saat melakukan kegiatan lain
seperti saat berkendara. Kalau kurang konsentrasi kan bisa mengganggu pekerjaan
kita, apalagi saat berkendara bisa saja menyebabkan kita celaka. Apalagi nanti
saat mudik diperlukan konsentrasi saat mengemudi karena perjalanan yang jauh
dan cukup melelahkan,” ujarnya.
Lebih lanjut Hardinsyah mengatakan Akibat darah yang
mengental, oksigen yang diambil paru-paru dari udara akan menjadi lambat dan
membuat tubuh menjadi lemas.
“Kita jadi lemas kalau kurang oksigen. Kalau kita bekerja
dan tubuh lemas kan produktivitas kita jadi menurun, konsentrasi kita menurun.
Apalagi kalau tidak minum sehari dua hari, pasti sangat lemas,” katanya.
Selain itu, air di dalam tubuh itu fungsinya sebagai
pendingin atau kondensor. Jadi, lanjutnya, suhu tubuh itu bisa meningkat kalau
kekurangan air. “Ya, kayak kondensor di mobil saja, kalau kekurangan air dia
kan akan panas,” tuturnya.
Jika terjadi kelangkaan air minum kemasan di masyarakat,
para orangtua yang memiliki bayi juga akan susah untuk menyeduh susu untuk
bayi-bayi mereka. Jika itu terjadi, kekebalan tubuh pada bayi itu juga akan
menurun dan gampang terserang penyakit. “Jadi, ketersediaan air di masyarakat
itu sangat penting setiap hari. Jangan sampai terjadi kelangkaan pasokan lah,”
ucapnya.
Selain itu, Hardinsyah mengatakan, kurang minum air juga
bisa menyebabkan gangguan pencernaan. Hal itu disebabkan untuk mencerna
berbagai macam makanan di dalam tubuh harus ada cairan. “Kalau kita makan apalagi makanan yang keras-keras dan
tidak minum air, kita pasti cegukan. Itu terjadi karena sulit dicerna oleh
pencernaan kita,” tukasnya.
BPKN Tak Setuju
Sebelumnya, Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)
menyatakan tidak setuju adanya wacana kebijakan Kemenhub tersebut. BPKN
beralasan justru dengan adanya kebijakan seperti itu, masyarakat akan dibuat
menderita karena terjadi kelangkaan barang yang dibutuhkan saat momen lebaran
terutama air minum.
“Nggak usah dilarang-larang seperti itulah menurut saya. Ini
kan tradisi mudik yang sudah turun-temurun. Seharusnya tradisi keagamaan ini
kan harus disupport bukan dihalang-halangi. Malah pemerintah seharusnya bukan
melarang tapi memikirkan bagaimana mekanisme pengamanan terkait angkutan
logistik dan kendaraan mudik itu, semuanya bisa aman dan safety,” ujar Wakil
Ketua BPKN, Muhammad Mufti Mubarok.
Karena, menurut Mufti, jika angkutan logistik itu dilarang
menjelang Idul Fitri, masyarakat justru akan menjadi kesulitan untuk membeli
air minum dan daging segar untuk persiapan lebaran saat berada di kampung
halamannya.
“Apalagi pasti akan banyak kebutuhan yang masyarakat
inginkan saat lebaran itu. Di masa endemi ini kan momentum yang ditunggu-tunggu
masyarakat setelah tidak mudik karena pandemi selama 2 tahun. Jadi, terkait kebutuhan-kebutuhan baik
sembako dan non sembako primer seperti air minum dan daging itu tidak bisa
dilarang distribusinya,” ucapnya.
Jadi, katanya, terkait logistik Idul Fitri ini, pemerintah
tidak boleh melarangnya pada momen lebaran nanti. Dia juga mengingatkan
pemerintah terhadap pengalaman lebaran tahun-tahun sebelumnya yang tidak
melarang beroperasinya angkutan logistik ini namun kondisi kemacetan di jalan
masih bisa dikendalikan.
“Pengalaman Idul Fitri dan mudik ini kan tahunan dan kita
mengalami masa yang sulit ketika pandemi kemarin dan itu pun masih aman.
Apalagi yang sekarang sudah endemi, menurut saya tidak ada persoalan lah,”
katanya.
Menurutnya, pemerintah jangan hanya membuat peraturan yang
gampang-gampang saja tanpa mengkaji dampaknya di masyarakat. “Dalam membuat
aturan pelarangan terhadap angkutan logistik itu pemerintah harus membuat
definisi baru mengenai kebutuhan primer itu. Karena, air minum misalnya
sekarang ini sudah jadi kebutuhan vital di masyarakat,” tukasnya.
Dia mengatakan dengan adanya perbaikan infrastruktur jalan
yang sudah lebih baik saat ini termasuk
adanya pelebaran-pelebaran jalan, seharusnya untuk momen lebaran tahun ini
tidak ada lagi permasalahan terkait kemacetan jalan.
“Jadi, menurut kami tidak terlalu ada hambatan lah meskipun angkutan logistik
itu beroperasi. Tapi, kalau pemerintah memaksa ingin regulasi itu tetap
dijalankan, saya kira itu sebuah kekonyolan,” pungkasnya.