Gelaran ASEAN-MISST menjadi bukti, bagaimana dokter Indonesia memiliki kemampuan yang bisa disejajarkan dengan dokter-dokter luar negeri, khususnya dalam penanganan kesehatan tulang belakang. |
AKURATNEWS.ID, JAKARTA – Di tengah hiruk pikuk ditetapkannya Undang-Undang Kesehatan Omnibus Law yang telah ditetapkan beberapa waktu lalu, aturan dibukanya dokter ekspatriat berpraktek di Indonesia ternyata bukan masalah yang pelik. Hal ini terbukti dengan acara tahunan ke 8 Association of South East Asian Nation Minimally Invasive Spine Surgical Techniques (ASEAN-MISST), berlangsung 27-29 Juli 2023, di Hotel Indonesia Kempinski Jakarta.
Gelaran ASEAN-MISST menjadi bukti, bagaimana dokter Indonesia memiliki kemampuan yang bisa disejajarkan dengan dokter-dokter luar negeri, khususnya dalam penanganan kesehatan tulang belakang. Sebagai penggagas kegiatan yang kini telah memasuki usia ke 8 tahun, Pedicle Club Indonesia – Indonesia Orthopaedic Sipine Society (PCI- IOSS), menggelar gelaran tersebut dengan cara yang unik, yakni penyelenggaraan edukasi dilaksanakan di Bioskop CGV Hotel Indonesia Kempinski Jakarta.
Seperti yang diungkapkan oleh Ketua panitia penyelenggara Annual Meeting PCI-IOSS 2023dr. Harmantya Mahadhipta, Sp.OT(K), pihaknya menggelar ASEAN-MISST ke 8 ini ingin menjadi yang terbesar yang pernah ada di Indonesia.
“Kami ingin menjadi yang terbesar untuk tulang belakang (Spine) ini. Maka dari itu, ini merupakan suatu combine meeting antara asosiasi kita IOSS dengan internasional,” ujarnya di hadapan awak media, Jumat (28/7).
“Kita sudah bekerja dari 10 bulan yang lalu untuk mempersiapkan acara ini,” lanjut dia.
Lebih jauh, dia menjelaskan bagaimana tujuan dari gelaran kali memiliki dua point penting yang diusung, khususnya posisi Indonesia di mata dunia kesehatan tulang belakang.
“Tujuan utama pertama kita ingin meningkatkan minat terhadap tulang belakang. Jadi kenapa? Karena sebenarnya dokter orthopaedi bedah tulang belakang di Indonesia sampai saat ini hanya sekitar 113 dokter yang mana harus melayani 280 juta jiwa penduduk Indonesia,” ungkapnya.
Dia menilai, jumlah yang saat ini dimiliki oleh Indonesia masih sangat kurang, yang mana perlu adanya dorongan untuk keminatan dokter orthopaedi bedah tulang belakang.
“Kita masih merasa sangat kurang. Untuk itu kita ingin menstimulus bedah orthopaedi untuk mendalami spine,” ungkapnya.
Lebih jauh untuk tujuan selanjutnya, dia menerangkan, kegiatan yang digelar ini untuk membuat statement secara internasional bahwa, spine di Indonesia bukan bukan remeh-remeh.
“Kita ingin membuat statement bahwa kita tidak kalah dengan luar negeri. Kita tidak kalah dengan Singapura, Malaysia, Asia bahkan dan tidak kalah dengan Jerman. Itu kita buktikan dengan mengadakan acara ini dengan tiga utama acara, pertama workshop, sesi publikasi, simposium dan Interactive Course Lecture dan annual meeting,” ungkapnya.
Dia juga mengungkapkan bagaimana workshop yang diselenggarakan sangat lancar dan para instruktur merasa puas dengan konsep yang dilaksanakan.
“Sangat puas instrukturnya. Ada satu instruktur asing yang saya kenal yang selalu muter-muter untuk mengajar di workshop manapun, selama dia mengajar di workshop. Baru kali ini dia merasakan yang terbaik dari sisi organizingnya dan dari sisi kualitas koreografernya. Itu saya rasa patut kita banggakan,” imbuhnya.
Dia juga mengungkap, dari sisi Scientific dari judul-judul para pembicara sudah berkaliber dunia dan sekaligus menghadirkan pembicara-pembicara terbaik dari Indonesia.
“Jadi kita mengangkat topiknya itu sangat-sangat high standar, Indonesia itu bisa,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Scientific PCI-IOSS dr. Yudha Mathan Sakti Sp.OT(K), menegaskan kegiatan ini untuk menyampaikan statement secara internal maupun eksternal, dimana statement positif yang disampaikan merupakan suatu riset, knowledge tulang belakang.
“Bukan pengetahuan sesuatu yang lama, tetapi pengetahuan yang betul-betul baru dan bisa disejajarkan,” imbuhnya.
“Berkat banyak dukungan dari berbagai institusi, Tim Tulang Belakang di Indonesia itu kompak. Kita punya 12 pusat pendidikan di seluruh Indonesia yang semuanya berkontribusi hingga hal ini terjadi. Mulai dari ujung paling barat, Aceh, sampai Papua, semuanya hadir dalam pertemuan kali ini, memberikan pesan internal sekaligus memberikan statement eksternal bahwa Indonesia We are on the Map dalam perkembangan tulang belakang khususnya spine di dunia,” pungkasnya
Sebagi informasi PCI- IOSS merupakan salah satu anak organisasi dengan spesialisasi Tulang Belakang/Spine di bawah naungan dari Persatuan Ahli Bedah Orthopaedi Indonesia) Paboi yang sudah berdiri sejaaa 1998 di Jakarta.
Gelaran kali ini berhasil menghadirkan peserta sekitar 485 dokter, di mana sekitar 80-an merupakan dokter umum, 90 dokter orthopaedi dan ada peserta dari asing juga sekitar 45 dokter dan sisanya adalah bedah tulang belakang baik orthopaedi maupun ahli tulang bedah tulang belakang.