AKURATNEWS.ID, JAKARTA – Alih-alih memberdayakan masyarakat dengan produk-produk yang diklaim dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi, justru menjadi persoalan baru, yang mana sadar atau tanpa sadar telah menciptakan polusi di lingkungan.
Di tengah maraknya produk galon sekali pakai yang sejatinya diproduksi untuk digunakan sekali saja, justru kebanyakan masyarakat awam yang belum teredukasi menggunakan galon sekali pakai ini untuk penopang kehidupan rumah tangga mereka. Sebut saja digunakan untuk menyimpan air minum, ataupun sekedar menampung air yang nantinya digunakan mencuci perabot atau sayur dan buah-buahan untuk dikonsumsi.
Menjawab hal tersebut, Kaprodi Teknik Lingkungan Universitas Bakrie Aqil Azizi, Ph. D, menjelaskan jika produk galon sekali pakai tujuannya digunakan untuk kepentingan rumah tangga, secara tidak langsung masyarakat sudah berkontribusi membuang mikroplastik ke lingkungan.
“Kalau memang tujuannya untuk kepentingan misalkan mencuci piring, sayuran dan sebagainya, ya artinya kita secara tidak langsung juga berkontribusi membuang mikroplastik yang sudah terdeteksi di dalam kemasan tadi ke lingkungan secara langsung,” jelasnya dalam diskusi ‘Selamatkan Lingkungan untuk Kehidupan yang Lestari’ yang digagas oleh Bakrie Foundation, Jumat (30/6).
Dia juga menegaskan, jika air yang ditampung dengan galon sekali pakai dikonsumsi tentunya akan berdampak negatif.
“Kalau pun kita konsumsi juga berdampak negatif ya, tapi memang ini masih menjadi perdebatan antara menggunakan yang kecil dan besar,” tegasnya.
Dia juga mengungkapkan, saat ukuran menjadi alasan dengan memproduksi kemasan yang lebih besar dalam produk kemasan air minum, menurutnya bukan solusi terbaik.
“Kalau yang kecil kan orang berpikirnya semakin banyak sampahnya, makanya dibuat saja yang besar sekalian, biar jumlahnya tidak terlalu banyak. Tetapi itu juga antara satu penyelesaian masalah dengan resolusinya itu juga memberikan masalah yang lain. Jadi agak dilematis juga sebenarnya dengan alasan bahwa ketimbang kita membuat yang kecil-kecil berserakan dan apa tidak dengan baik dan sebagainya, maka ada yang opinisasi membuat saja yang besar,” ungkapnya.
“Tapi yang besar juga belum menjadi solusi sebenarnya. Solusi yang efektif untuk terbebas dari tadi antara ekspos dari botol plastik dan sebagainya. Memang tidak ada single solution sih, memang harus banyak berkolaborasi dengan berbagai pihak,” ungkapnya.
Jadi Tampungan Produk Olahan
Ketua Serba Usaha (KSU) Komodo Labuan Bajo Margaretha Subekti, mengungkapkan produk galon sekali pakai yang masuk dalam KSU-nya cukup banyak. Bahkan, produk yang ditegaskan hanya untuk sekali pakai itu justru digunakan sebagai wadah produk konsumsi dan digunakan berkali-kali.
“Yang masuk di KSU dan yang digunakan oleh masyarakat itu kita melihat banyak. Nah, ini sebetulnya bagian dari kengerian kita, bahwa galon-galon sekali pakai ini digunakan oleh masyarakat untuk menampung air, bahkan dipakai untuk menampung air minum mereka,” ujar Margaretha.
Lebih jauh dia juga mengungkapkan, bagaimana masyarakat di wilayahnya menggunakan galon sekali pakai untuk menampung produk-produk olahan.
“Itu juga untuk menampung hasil produk minyak olahan. Misalnya minyak kelapa, minyak kelapa murni itu dimasukkan di galon-galon besar itu. Sebetulnya menjadi keresahan kita juga,” imbuhnya.
Dia juga menyampaikan, diskusi kali ini menjadi momen untuk memberikan pencerahan bagi para pengusaha, rumah tangga, karena mereka menggunakan galon-galon sekali pakai itu untuk air minum mereka dan hasil produk mereka.
“Ini menyedihkan, dan itu ada di Labuan Bajo. Saya menyebutkan banyak, karena sering menemukan itu,” katanya.
“Kita dari KSU berharap, bahwa jangan menggunakan galon sekali pakai dan plastik kemasan sekali pakai,” pungkasnya.