BPDPKS mempercayakan LPP Agro Nusantara untuk menyelenggarakan pelatihan di 4 provinsi/dok. BPDPKS
AKURATNEWS.ID, JAKARTA - Sebagai negara agraris, Indonesia disebut-sebut sebagai surga-Nya dunia, khususnya dalam bidang pertanian. Namun di tengah penyebutan tersebut, sektor pertanian sawit masih terkendala dengan produktifitas yang dihubungkan dengan pengetahuan SDM terkait pertanian yang baik.
Salah satu problematika pembenihan, penanaman benih sawit yang baik menjadi salah satu persoalan sebenarnya. Selain itu persoalan terkait dengan tata kelola, dengan istilah bagaimana merawat sawit agar produktifitasnya baik, juga menjadi persoalan. Hal ini diungkapkan oleh SEVP Operation LPP Agro Nusantara, Pugar Indriawan, dalam diskusi media melalui zoom, Rabu, (30/8).
"Seperti pupuk, itu tidak boleh sembarangan. Seperti halnya manusia butuh makan, tetapi jika hanya dikasih makan saja maka gizinya juga akan kurang. Sawit juga sama, dia tidak hanya butuh urea, tetapi juga butuh makanan, nutrisi yang lain, itu juga yang harus menjadi perhatian. Jadi tidak asal pupuk, tidak asal sembarangan, tidak asal pengelolaannya seperti apa," katanya.
Lebih jauh Pugar menyampaikan, jarak tanam, cara panen, bagaimana mengetahui buah yang sudah masak, yang benar, seperti apa potensi rendemennya tinggi karena tandanya bagus, dan lain-lain.
"Tetapi dipanen sebelum dia masak benar, itu juga hasilnya akan sangat jomplang. Nanti rendemen yang akan dihasilkan di kebun itu akan berbeda. Hal-hal seperti ini yang coba kita edukasikan kepada masyarakat, khususnya kepada petani sawit. Sehingga ke depan, semangat kami adalah produktivitas di perkebunan baik BUMN maupun swasta harusnya itu sama-sama dengan perkebunan," katanya.
Beberapa data menyampaikan, masih kata Pugar, produktivitas di rakyat itu sekitar 2,8 ton CPO per hektar. Jika diasumsikan produksi petani sekitar 45 juta ton CPO nasional, berarti sekitar 20 jutaan adalah produksi dari masyarakat, petani rakyat.
"Kalau itu bisa kita naikkan, maka bukan hal yang tidak mungkin terjadi kalau dalam beberapa tahun ke depan produksi kita itu bisa naik menjadi 50 juta ton dan itu sumber devisa yang sangat besar bagi bangsa kita," ungkapnya.
Sementara itu, Arfie Tahar, selaku Penanggung Jawab Kegiatan Divisi Program Pelayanan Direktorat Penyaluran Dana BPDPKS, Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Perkebunan Kelapa Sawit, menjelaskan memang kompleks permasalahan pertanian sawit di tanah air, termasuk kesalahan penyakit.
"Ada satu penyakit yang namanya gandonema dari kelapa sawit, kalau itu sudah terkena penyakit itu produktivitas dari kelapa sawit itu akan menurun, dan lama-lama akan mati. Ada lagi mungkin cara memanennya itu ada memperhatikan dia sudah matang tingkat berapa," katanya.
"Petani itu harus diberikan pengetahuan kapan waktu yang tepat untuk memanen. Jadi kalau misalkan tadi satu kejadian yang sudah terjadi (menanam yang salah) sekarang ini, ketika dia sudah menanam tanaman yang mungkin salah bibit, ditambah lagi dengan adanya penyakit, kemudian pemeliharaannya juga tidak mengikuti anjuran termasuk pemupukannya, itu dampaknya tadi, tanamannya tetap tumbuh tetapi akan sangat rendah produktivitasnya," papar Arfie.
Arfie mengungkapkan, kegiatan pelatihan ini dalam rangka meni giatkan pengetahuan para petani untuk memperbaiki pertanian khususnya pertanian sawit, yang masih jauh dalam target produksi.
"Hasil yang akan diperoleh setiap panen ini yang ingin kita perbaiki di perkebunan dengan cara preparanting pemberian bibit yang baik. Selain itu juga diberikan pengetahuan Good Agriculture practice-nya, mulai dari pemeliharaannya, penanggulangan hama penyakitnya, pemupukannya cara panen dan sebagainya. Sehingga kita bisa memperbaiki, meningkatkan produktivitas nasional, meningkatkan sumber daya ini yang perlu kita benahi bersama," tegasnya.
Dukungan BPDPKS
Terkait dengan dukungan BPDPKS, Arfie memaparkan, secara konsisten pihaknya akan terus memberikan bantuan kegiatan ini. Yang mana, jika melihat dari data penyaluran dana setiap tahun itu selalu meningkat dan pihaknya bersama dengan Dirjen perkebunan ingin memperluas kesempatan bagi seluruh kepentingan, agar bisa mendapatkan pengetahuan.
"Program ini agar bisa dinikmati semua dan sesuai tujuan bersama. Mungkin ini tidak cepat, 1-2 tahun ini mungkin belum kelihatan. Tetapi dampaknya akan bisa dirasakan secara bertahap, itu yang kami rencanakan untuk kegiatan pengembangan SDM ini," pungkasnya.
Sebagai informasi, pada program tahun 2023, BPDPKS mempercayakan LPP Agro Nusantara untuk menyelenggarakan pelatihan di 4 provinsi. Keempat provinsi tersebut adalah Sumatera Selatan, Riau, Sumatera Utara dan Sulawesi Tengah.
Pelatihan yang melibatkan pekebun sawit, pengurus koperasi (KUD) dan juga tenaga pendamping daerah ini berasal dari berbagai kabupaten dari 4 provinsi tersebut. Para peserta ini diberangkatkan oleh Dinas Perkebunan masing-masing wilayah berdasarkan Data Rekomendasi Teknis yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Republik Indonesia.