Dokter ahli spesialis bedah terkemuka dr. Tony Sukentro, Sp.B dari RS EMC Pulomas, Jakarta Timur.
AKURATNEWS.ID, JAKARTA - Meskipun diketahui populasi penyakit Fistula Ani mencapai tujuh persen di setiap negara, namun bagi sebagian orang penyakit ini masih sangat awam.
Fistula Ani menjadi momok menakutkan bagi dokter-dokter, khususnya bagi dokter spesialis bedah, yang mana penyakit ini disebut memiliki masalah komplek dalam penanganannya.
Fistula ani yang merupakan bahasa medis, adalah kasus kesehatan terbentuknya saluran abnormal di antara ujung usus besar dan kulit pada area anus atau dubur. Kondisi ini disebabkan oleh adanya infeksi yang berkembang menjadi benjolan berisi nanah (abses) di area anus.
Abses di dekat anus dapat terus berkembang bila tidak diatasi. Lama-kelamaan, nanah dalam abses tersebut akan berusaha mencari jalan keluar dari tubuh dan membentuk saluran di bawah kulit sampai ke anus. Kondisi inilah yang disebut fistula ani.
Dengan berkembangnya teknologi serta kemampuan para tenaga kesehatan dalam hal ini dokter, Fistula ani dapat ditangani dengan minimal invasif. Bahkan, pasien dengan waktu relati cepat sudah dapat melakukan aktifitasnya seperti biasa.
Dalam penanganan kasus Fistula ani di RS EMC Pulomas, dokter akan memeriksa tanda iritasi pada anus dan area sekitarnya, serta melihat apakah ada lubang kecil di dekat bukaan anus yang mengeluarkan nanah ketika ditekan. Selain itu dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk memastikan adanya fistula ani.
Dokter ahli spesialis bedah terkemuka dr. Tony Sukentro, Sp.B dari RS EMC Pulomas, Jakarta Timur mengatakan, pihaknya melakukan tindakan pada pasien Fistula ani dilakukan menggunakan teknologi baru yang berasal dari negara di Eropa.
“Saat ini sudah ada teknologi baru dari Jerman, Fistula Ani Laser Closure (FiLAC) berupa Laser dan fiber nya yang lentur yang mampu mencari rongga-rongga Fistula ani yang sulit,” ujarnya dalam diskusi kesehatan kepada awak media di Jakarta, Jumat, 25 Agustus 2023.
Pada FiLAC ini juga luka yang dibuatnya kecil sehingga penyembuhannya lebih cepat dibanding yang disobek, akibatnya perawatan lebih mudah tidak mengerikan dan recovery lebih cepat dibandingkan yang konvensional.
Fistula Ani bukan lagi menjadi tantangan dengan keefektifan FiLAC dibandingkan dengan Teknik lain diantaranya:
- Minimally Invasive dengan metode FiLAC yang dapat mengurangi kerusakan jaringan sehat di fistula, serta meminimalkan rasa sakit dan waktu pemulihan.
- Mengurangi pemotongan kulit penggunaan metode FiLAC dapat menghindari pemotongan kulit tambahan. Sehingga waktu sembuh pasien menjadi lebih cepat.
- Namun seperti halnya setiap prosedur medis, FiLAC juga memiliki potensi resiko dan efek samping dan hasilnya dapat bervariasi. Efektivitas FiLAC dibandingkan dengan teknik lain serperti operasi flap, teknik seton, atau pendekatan lain akan tergantung pada penilaian medis yang komprehensif terhadap kasus pasien tertentu.
Direktur RS EMC Pulomas, Jakarta dr. Julia Sutandar dalam sambutannya mengatakan penting untuk berkonsultasi dengan dokter ahli bedah yang berpengalaman untuk menilai opsi pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
“Berpengalaman sejak 1972 kami melayani kesehatan bagi masyarakat luas dengan teknologi terbaru dan modern, memberikan kontribusi besar dalam pengembangan bidang bedah di Indonesia," terangnya.
Dokter Tony, saat menunjukan cara kerja FiLAC di hadapan para koleganya. |
Kasus Kambuh Semakin Kecil
Menjawab banyaknya pasien yang mengalami kasus terulang (kambuh), dr. Tony menyampaikan, bagi pasien yang datang kepadanya semakin kecil, dan menurutnya mereka pasien yang sudah beberapa kali mengalami tindakan gagal dari tempat lain.
"Kalau untuk pasien saya yang terulang itu tidak banyak, paling sekitar presentasinya 15%. Tetapi kasus untuk sembuh ini agak sulit, terutama pasien ke saya yang bekas operasi di luar. Jadi sudah gagal. Beberapa kali banyak sekali yang mereka sudah tidak ada harapan datang ke saya," ungkapnya.
Lebih jauh dia juga mengatakan, bagaimana sulitnya menghadapi pasien yang sudah berkali-kali menjalin operasi. "Tidak mudah, butuh sekali kesabaran. Butuh sekali komunikasi yang baik, gampang tersinggung, sangat sensitif. Jadi kita harus tahu bagaimana berkomunikasi dengan mereka, memberikan semangat edukasi supaya mereka tetap mau dilakukan tindakan sampai benar-benar sembuh," katanya.
"Syukur sampai sekarang tidak ada yang komplain terlalu besar untuk mengikuti program saya. Karena semua saya pantau ketat dan 24 jam bisa menghubungi saya. Saya berikan ketulusan seperti itu supaya mereka tidak merasa ditinggal atau merasa jauh dari dokternya," lanjutnya.
Soal tindakan, dr. Tony menjelaskan, pihaknya terkadang melakukan jahitan, namun itu dilakukan di muara internal saja. Bahkan menurutnya, itu hanya menjadi tindakan yang kesekian.
"Untuk tindakan, Kami memang ada jahitan. Namun itu dilakukan pada muara internal saja dan sekarang saya sudah hampir tidak jahit lagi. Kami melakukan tindakan dengan alat namanya WRC, itu hanya diikat saja. Kita masukkan kateter ini yang sangat kecil, tembus ke dalam anus dan di atas anus itu kita pasang seperti Lasso, ditarik sudah selesai, begitu saja. Lalu kita Laser di bawahnya atau kita jahit seperti biasa, jahit manual. Sebenarnya jahitan di dalam itu tidak masalah, cukup simple namun untuk di luar saluran fistula tidak boleh dijahit. Karena dia nanti kering sendiri dari dalam keluar (proses penyembuhan)," paparnya.