Ilustrasi KH. Abdurrahman Wahid - Prabowo Subianto/Ist
AKURATNEWS.ID, JAKARTA - Ramalan mungkin bisa menjadi sebuah pesan bagi seseorang. Namun kembali lagi, apakah pesan tersebut dapat dikatakan valid ataupun tidak, kembali kepada yang Maha Esa sebagai pengatur kehidupan jagat raya ini.
Ramai ramalan yang pernah diungkapkan Presiden Gus Dur terkait Prabowo akan menjadi presiden di usia tua kembali mengemuka. Namun demikian, ungkapan ini masih dipertanyakan oleh banyak orang terkait benar tidaknya ungkapan Presiden yang memiliki nama KH Abdurrahman Wahid ini.
Namun tidak dapat dipungkiri, berbicara kepercayaan tradisi masyarakat tanah air. Bermodalkan ramalan, apalagi dilontarkan oleh orang besar atau yang sangat dipercaya memiliki pengetahuan khusus (laduni) sebagian masyarakat cenderung percaya.
Menanggapi isi ramalan tersebut, Pengamat politik yang juga Koordinator Kajian Merah Putih, Profesor Sutoyo Abadi pun menilai isu Prabowo bakal jadi presiden di usia tua, sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan. Bahkan, kebenaran pernyataan Gus Dur itu kini menjadi pertanyaan balik dari keluarga Gus Dur sendiri.
"Sangat politis, bahkan kebenarannya sangat diragukan oleh keluarga Gus Dur melalui Yeni, bahwa pernyataan tersebut dari Gus Dur tidak pernah ada," tandas Sutoyo kepada wartawan di Jakarta.
Sebaliknya, menurut Sutoyo, capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo-Gibran kemungkinan akan kalah di pertarungan Pilpres nanti. Jika tidak tumbang di putaran pertama, dipastikan akan kalah di putaran kedua.
Itu sebabnya, sambung Sutoyo, kelompok pendukung rezim sekarang sedang galau dan panik, hingga selalu mencari cara untuk menggoyang dunia maya. Contohnya, Presiden Jokowi tiba tiba muncul membuat keributan bahwa presiden boleh kampanye dan memihak pada salah satu capres.
"Itu sinyal kepanikan pertahanan Jokowi untuk bisa menang tinggal satu cara "melalukan kecurangan". Tidak peduli resiko dan dampak politiknya yang sangat berbahaya," Sutoyo menegaskan.
Hal seperti itu sudah pernah terjadi yang dikenal dengan prinsip Machiavelli, seorang politikus yang tak segan menghalalkan segala cara asal menang dan mencapai tujuan.
Adapun target dan sasarannya adalah mengamankan angka kemenangan Prabowo-Gibran angka di atas 51 % lebih yang telah dipatok dan harus menang dalam satu putaran, tidak boleh meleset dan gagal.
Saat ini, keadaan sangat menakutkan bagi Jokowi karena politik dinastinya sudah diterjang gelombang tsunami, akan tenggelam. Itu terlihat karena elektabilitas Prabowo terus menurun bahkan makin runyam dihantam citra politik Gibran sebagai Cawapresnya terus diterpa prahara macam-macam stigma negatif sebagai anak haram konstitusi, bodoh, songong, sombong dan tidak memilih etika.
Maka jangan heran apabila ada rekayasa yang akan terjadi untuk memuluskan rencana curang perangkat kecerdasan buatan, yaitu Artificial Intelligence (AI), yang konon dari Cina sudah masuk ke Indonesia.
Alat kecerdasan buatan ini sudah bekerja membuat gambar, video, dan audio palsu yang cukup realistis untuk menipu pemilih dan mungkin mempengaruhi pemilihan.
Faktanya selama ini telah muncul foto, audio, video hoak, yang cukup meyakinkan. Suara salah satu capres yang dikloning dengan gambar, video, dan audio hiper-realistis dalam setiap kampanye di dikendalikan langsung dari lokasi kampanye untuk mengacaukan dan menghancurkan sebagai trik kotor merusak kampanye lawan.
"Ini paling berbahaya bahwa angka kemenangan salah satu capres 2024 jauh hari sudah dipersiapkan menggunakan data dan algoritma untuk mengotomatisasi tugas seperti menargetkan angka kemenangan Paslon 2," ujar Sutoyo mengingatkan publik agar waspada terhadap tipu muslihat menggunakan kecerdasan buatan. (abd)