Elza Emira Ph.D Development Research University of Bonn saat memberikan pandangannya terkait Pinjaman Pendidikan dalam FMB 9/akuratnews.id
AKURATNEWS.ID, JAKARTA - Elza Emira Ph.D Development Research
University of Bonn menyambut positif wacana student loan atau pinjaman
pendidikan di Indonesia yang belakangan ramai diperbincangkan publik. Elza
menilai dari sekian skema student loan, skema yang paling cocok diterapkan di
Indonesia, yakni income contingent loan.
“Ini merupakan skema pinjaman tanpa bunga untuk pendidikan
tinggi yang dapat dibayar setelah mahasiswa lulus dan berpenghasilan cukup,”
kata Elza dalam dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) dengan tema ‘Biaya Kuliah
Tinggi, Pinjaman Pendidikan Jadi Solusi?’, Senin (18/03).
Diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi
pers Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) pada Selasa (301) lalu
mengungkapkan Dewan Pengawas Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) telah
meminta LPDP untuk mengembangkan skema student loan seperti di negara-negara
maju.
Elza menjelaskan, banyak negara maju telah mengembangkan
sistem income contingent loan untuk menggantikan pinjaman pendidikan dengan
sistem hipotek. Menurutnya sistem income contingent loan ini dianggap lebih
baik daripada sistem hipotek.
“Kalau hipotek ini kan jumlah dan waktu pembayarannya sudah
ditentukan. Ini yang membuat orang mengalami gagal bayar. Sedangkan kalau
income contingent loan, mahasiswa penerima utang akan membayar dengan waktu dan
besarannya disesuaikan dengan penghasilan nanti setelah lulus dan bekerja,”
jelasnya.
Menurutnya, dalam skema income contingent loan tidak
mengenal istilah kredit macet atau gagal bayar sehingga membuat nama peminjam
jelek di BI Checking. Elza mengatakan, skema ini membuat mahasiswa peminjam
bisa menyesuaikan ansuran pembayaran dengan penghasilan yang didapat.
“Karena model bayarnya disesuaikan dengan penghasilan. Jika misalnya sedang tidak ada penghasilan, ya akan dibebaskan dari membayar utang. Nanti kalau sudah ada pendapatan lagi, baru sistem bayarnya dilanjut lagi,” jelasnya.
Sejalan dengan Program Pemerintah
Elza mengatakan sistem income contingent loan akan
sejalan dengan program pemerintah yang berkomitmen untuk meningkatkan Angka
Partisipasi Kasar Pendidikan Tinggi (APK-PT) lewat beasiswa. Program ini
tujuannya memang memudahkan bagi mereka yang hendak mengenyam pendidikan tinggi
namun mengalami kesulitan finansial.
Lebih jauh Elza menilai sistem income contingent loan ini
lebih efektif dibanding dengan skema beasiswa. Walaupun pada prinsipnya sama,
namun income contingent loan bisa mengakomodir lebih banyak mahasiswa.
“Kalau beasiswa, dananya hanya untuk satu mahasiswa.
Sedangkan kalau student loan bisa untuk dua mahasiswa. Karena nanti dana itu
akan kembali setelah kekurangannya di-cover pemerintah,” ujarnya.
Adapun pemerintah bisa meng-cover sebagian pinjaman ini
menggunakan dana dari APBN, meskipun saat ini jumlah APBN untuk pendidikan
tinggi terbilang masih sangat terbatas. Hanya berkisar 0,3 dari 20 persen
keseluruhan APBN.
“Kita tahu APBN terbatas, makanya dengan sistem student loan
ini akan membantu coverage ke pemerintah. Ini kan uangnya kembali, untuk
dipinjamkan ke mahasiswa setelahnya,” jelasnya.
Menurut Elza, saat ini yang terpenting bagi pemerintah
adalah menyiapkan sistem pendataan yang terintegrasi. Data ini nantinya untuk
keperluan tracking setelah mahasiswa tersebut lulus agar melunasi utangnya.
“Kalau di luar negeri, data ini langsung terintegrasi dengan
pajak dan Nomor Induk Kependudukan. Sehingga pelacakannya mudah. Misalnya untuk
yang setelah lulus kerja di lingkungan formal nanti sistem pembayarannya
langsung dipotong gaji. Nah, tantangannya bagaimana ini nanti yang kerja di
sektor informal? Maka dari itu pemerintah harus pandai mensiasati,” ujarnya.