Kegiatan Halal Bihalal dan Sarasehan Pegiat Alam Bebas yang digagas oleh Girigahana di GOR Ciracas, Sabtu (27/4/2024)/redaksi/akuratnews.id
AKURATNEWS.ID, JAKARTA - Pengembangan kegiatan alam diharapkan tak hanya dalam skup wisata alam dan kompetisi saja. Tapi akan meluas ke bidang pendidikan dan pengembangan karakter, untuk menularkan sisi positif karakter pecinta alam ke kehidupan bermasyarakat. Hal ini diharapkan akan memberikan nilai ekonomis dari kegiatan pecinta alam.
Ketua Umum Girigahana Indonesia, Hendry Camar menyampaikan
kegiatan yang digelar kali ini adalah, selain untuk silaturahmi antara matra
pecinta alam, merupakan respon dari para pegiat alam Girigahana yang ingin
melakukan sesuatu.
"Ini adalah kegiatan bottom up, dari anggota
Girigahana, yang memiliki energi untuk membuat sesuatu, dibalik Girigahana yang
sudah tidak di bawah kampus UPN Veteran Jakarta lagi," kata Hendry dalam
kegiatan Halal Bihalal dan Sarasehan Pegiat Alam Bebas di GOR Ciracas, Sabtu
(27/4/2024).
Ia menyatakan sangat mendukung inisiatif para anggota
Girigahana ini untuk mengubah kegiatan alam bebas mereka menjadi suatu usaha
yang menghasilkan.
" Saya sangat mendukung keinginan mereka ini. Karena
itu, hadirlah para senior dari banyak matra ini untuk memberikan pencerahan
kepada mereka. Apalagi, kegiatan pecinta alam saat ini memiliki peluang yang
sangat luas. Baik dari sisi kompetisi, petualang, hingga industri wisata,"
urainya.
Apalagi, lanjutnya, saat ini ada bidang Experiential Education
yang memperluas kegiatan pecinta alam tak hanya pada bidang wisata yang
terhubung pada Kemenparekraf.
"Experiential Education ini lebih kepada edukasi
berbasis pendidikan alam bebas, yang terkait ke Kemendikbudristek. Maksudnya,
pecinta alam ini akan menjadi bagian dari proses edukasi formil maupun dalam
bagian pelatihan," urainya lagi.
Pengembangan ini, menurutnya, akan menjadi penjembatan
antara pendidikan dengan praktik secara langsung di alam dan kehidupan
sehari-hari.
"Akhirnya, pecinta alam akan memiliki tempatnya, bukan
hanya pada wisata, petualangan atau kompetisi saja, tapi akan menjadi bagian
proses pendidikan atau pelatihan sumber daya manusia Indonesia. Tentunya, ini
akan memberikan pengajaran kepada peserta pendidikan terkait problem solving yang lebih beradaptasi ke lingkungan,"
kata Hendry Camar.
Pegiat Pendaki Gunung, Djulkardi Adrian atau akrab dipanggil
Kang Bongkeng menyatakan kegiatan pecinta alam dapat saja selaras dengan
industri wisata alam yang saat ini didorong oleh pemerintah.
"Dan bisa juga memiliki usaha sendiri yang berbasis
pada pengalamannya sebagai pecinta alam," kata Kang Bongkeng.
Ia memaparkan bagaimana ia bisa berhasil membawa hobinya
sebagai pendaki gunung untuk memulai kegiatan yang berbasis menjaga alam menjadi
bagian dari industri wisata alam.
"Kegiatan wisata itu mungkin awalnya fun, rekreasi,
tapi kita bisa menyelipkan edukasinya. Salah satunya adalah bagaimana menjaga
kelestarian alam dengan tidak membuang sampah sembarangan. Kita kan mendaki
gunung ingin melihat keindahan, tapi kalau banyak sampah ya tidak indah lagi
kan," tuturnya.
Senada, Pegiat Panjat Tebing lainnya, Hendricus Muter
menyatakan sumber daya manusia dengan latar belakang pegiat pecinta alam
memiliki potensi besar untuk berkembang bersama seluruh sektor industri di
Indonesia.
"Kalau kita berbicara tentang sdm pecinta alam, maka
kita akan bicara tentang sdm yang disiplin, memiliki pemahaman akan safety, dan
management waktu," ujar pria yang memulai kegiatan pecinta alamnya di
Wanadri.
Ia menilai pengalaman para pegiat cinta alam akan menjadi
nilai lebih tersendiri bagi orang tersebut dalam menjalankan perannya di setiap
industri.
"Bisa dikatakan, bahwa orang dengan background pecinta
alam memiliki nilai lebih dibandingkan orang yang bukan pecinta alam,"
ungkapnya.
Legenda Arung Jeram, Lody Koruwa mengungkapkan pegiat
pencinta alam bisa saja bergerak selaras dengan perkembangan industri wisata
selama tidak menghilangkan apa yang menjadi pokok dalam kegiatan pencinta alam
itu.
"Kalau kita bicara tentang industri wisata alam, bisa
saja para pegiat cinta alam menjadi bagian. Selama memang tidak menghilangkan
esensi dari kegiatan alam itu. Dimana, faktanya adalah kegiatan wisata alam
ekstrem itu membutuhkan safety," kata Lody.
Ia menegaskan tidak bisa pegiat pencinta alam yang memahami
sepenuhnya bahaya dan risiko kegiatan alam bebas, menutup mata hanya karena
faktor pemasaran produknya.
"Kita tidak bicara per kegiatan ya tapi keseluruhan
kegiatan alam bebas tersebut, yang memang ada risikonya. Bagaimana menurunkan
risiko itu, tentunya dengan memastikan bahwa safety-nya tetap terjaga,"
ungkapnya.
Jangan hanya karena target pemasaran, lanjutnya, pegiat
pencinta alam menutup mata akan penurunan kualitas safety.
"Saya berharap, pemerintah bisa lebih melibatkan para
pegiat pencinta alam dalam menyusun pengembangan industri wisata alam,
penerapan regulasi, hingga pengawasan di lapangan. Jika memang ada kecelakaan
dalam kegiatan wisata alam bebas, maka perlu dilakukan evaluasi, jangan hanya
tutup mata," ungkapnya lagi.
Pakar Experiential Education, Ivan Tawas (Ibe) menyatakan
untuk menjadikan nilai tambah dari kegiatan outdoor, yang perlu dilakukan
adalah membuat suatu wadah yang bisa mengembangkan suatu metodologi berdasarkan
pengalaman dari masing-masing matra.
"Nanti akan ada pelatihan untuk menciptakan suatu
kegiatan yang berbasis ilmiah dan pengalaman dan mari masing-masing matra untuk
ditawarkan kepada pihak lain," kata Ibe.
Dengan adanya wadah ini, lanjutnya, akan mampu memberikan
pelatihan kepada para anggota pegiat alam bebas, dapat dilakukan kerjasama
dengan pihak terkait, seperti Kementerian atau pihak swasta.
"Wadah yang akan dibentuk ini akan berbeda dengan yang
dilakukan oleh AELI. Karena tidak seperti AELI, yang hanya berhenti pada fun
games, wadah ini akan lebih mendalam pada edukasi dan development, yang
kedepannya terkait ke Kemendikbudristek, bukan lah hanya Kemenparekraf. Wadah
ini akan menjadikan para pegiat alam bebas menjadi fasilitator," urainya.
Ia menegaskan bahwa sebagai fasilitator berbasis
experiential education, maka yang akan disasar bukan hanya fun atau rekreasi.
"Tapi menyasar pada perubahan karakter dari peserta
yang difasilitasi dan menyasar pada peningkatan kualitas hidup, baik secara
personal maupun target tertentu yang diminta oleh pengguna jasa,"
tandasnya.