Notification

×

Iklan

Iklan

Membedah Cerita Film Pesantren Kung Fu Garapan Roy Wijaya

Senin, 23 Desember 2024 | 21:10 WIB Last Updated 2024-12-23T14:10:48Z

Membedah Cerita Film Pesantren Kung Fu Garapan Roy Wijaya


AKURATNEWS.ID, JAKARTA - Pesantren Kung Fu bagi orang Indonesia terasa awam dan janggal untuk dibaca atau didengar dalam catatan cerita film, tapi hal itu akan terasa berbeda bila cerita dan adegan yang disajikan dikemas dengan baik.

 

Cerita film ini berawal dari gagasan dan ide cerita sang Produser Julizar Idris dan di sempurnakan oleh sang penulis sekaligus sutradara film ini Roy Wijaya.

 

Dalam catatan literasi budaya Roy menulis sejumlah catatan Islam di China dari sejumlah sejarawan yang menjadi pusat observasinya, bahwa Islam mulai masuk ke China pada awal abad ke 7, yakni sekitar tahun 678 Masehi, di masa pemerintahan Dinasti Tang. Dalam kitab sejarah Chiu T’hang Shu.

 

Saat itu Khalifah Utsman mengutus Sa'ad bin Abi Waqqas bersama 15 orang rekannya untuk membawa ajaran Islam ke daratan China. Bak gayung bersambut, mereka kemudian diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti Tang.

 

Bahkan sang Kaisar mengizinkan pembangunan Masjid Huaisheng atau masjid Memorial di Canton, masjid pertama di daratan China. Sejak itu lambat laun Islam mulai berkembang di Negeri Tirai Bambu.

 

Ada dua cerita yang di padukan dalam film ini, mengingat peradaban budaya dan pelestarian budaya Indonesia China yang begitu terjalin dengan baaik.

 

Hal ini terlihat dengan banyaknya budaya china di indonesia dan begitu juga penyebaran agama Islam di China berkembang dengan pesat, masuknya agama Islam ke China juga dibawa oleh saudagar dari Arab dan Persia.

 

Orang China yang pertama kali memeluk Islam adalah etnis Hui Chi. Sejak saat itu, pemeluk Islam di China kian bertambah banyak. Bahkan pada masa Dinasti Song berkuasa, sejumlah pedagang muslim telah menguasai industri ekspor dan impor di China. Pada zaman itu pemerintahan selalu menyerahkan jabatan direktur jenderal pelayaran kepada orang muslim.

 

Kini, pemeluk Islam di China memang masih menjadi minoritas. Namun kebijakan pemerintah yang memisahkan antara urusan agama dan kenegaraan membuat umat Islam tetap leluasa menjalankan ibadah.

 

Meski merupakan negara komunis, hingga tahun 2012 lalu China tercatat memiliki tak kurang dari 45.000 masjid. Angka ini diperkirakan masih akan terus bertambah, terutama di kota-kota yang banyak penganut agama Islamnya.

 

Begitu juga dengan film Pesantren Kung Fu ini, mengingat banyaknya perguruan Kung Fu di china  diadopsi menjadi pesantren yang sangat kuat dalam melestarikan budayanya.

 

Hal inilah yang akan menjadi sebuah rujukan film ini, yang terus di perbaiki dari bebagai aspek cerita dan adegan agar enak di tonton tapi tetap tidak meninggalkan literasi budaya agar persaudaraan muslim dan budaya Indonesa China terus berkembang dengan baik.